Serba Serbi Telur Cacing Tanah

Telur Cacing Tanah
Sebagai hewan yang banyak dikembangbiakkan, cacing tanah semakin hari semakin banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengenal binatang melata tersebut lebih dekat demi memaksimalkan hasil ternak. Cacing Tanah ini tengah populer dibicarakan masyarakat sebab ia memiliki beragam manfaat bagi kesehatan. Permintaan cacing tanah semakin hari semakin meningkat. Oleh karena itu, budidaya hewan ini tentu menjanjikan. Salah satu hal yang wajib Anda ketahui dalam teknik budiaya tersebut adalah si telur cacing tanah.


Mengenal Telur Cacing


Tahukah Anda dimana cacing telur diproduksi? Telur yang dikenal juga dengan nama kokon ini dibentuk di dalam wilayah tubuh cacing bernama Citellum. Ia merupakan salah satu segmen pada tubuh cacing tanah yang jika diamati mirip dengan korset. Citellum ini merupakan tempat kelenjar sel cacing berada. Adapun fungsinya adalah sebagai pembentuk kokon atau telur cacing dan juga sebagai sekresi lendir di mana sel telur melekat sebelum keluar dari tubuh cacing tanah. Citellum ini sendiri bisa menghilang dalam beberapa keadaan. Misalnya saja saat cacing tanah dalam periode kekeringan maka sang cacing akan kehilangan ciri seksual sekundernya yakni menghilangnya si citellum. Tapi hal ini hanya sementara. Kondisi lainnya adalah pada saat si cacing sudah tua maka citellum akan menghilang secara permanen. Dengan demikian, ia tak lagi bisa bereproduksi.

Setiap cacing tanah dewasa mampu kawin sebanyak satu kali dalam tiap-tiap 7 sampai 10 hari. Perkawinan tersebut kelak akan menghasilkan satu sampai dua kokon. Masing-masing kokon atau kepompong ini berisi kurang lebih 10 telur cacing. Meski demikian, tidak semua telur tersebut menetas dan menjadi cacing muda. Lazimnya dari 10 telur cacing hanya menetas 4 saja.

Telur cacing tanah ini harus mendapatkan perlakuan khusus agar bisa menetas sempurna dan dalam jangka waktu yang pendek. Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah suhu. Apabila suhu hangat suam-suam kuku, maka telur cacing bisa menetas dalam jangka 3 minggu. Namun apabila suhunya cukup dingin maka telur cacing baru akan menetas di usia 3 bulan. Pada saat hendak menetas, telur cacing akan berubah warna menjadi kemerahan. Ukurannya pun akan berubah menjadi sebesar biji anggur.

Mengobati Autisme Dengan Telur Cacing

Manfaat telur cacing tanah boleh jadi belum diteliti lebih lanjut. Tapi tahukah Anda, penelitian mengenai telur cacing dari sepsis lain telah dilakukan di berbagai Negara. Dan hasilnya cukup mengejutkan sebab telur cacing ini ternyata bisa menyembuhkan kecenderungan semacam autis. Salah satu tokoh yang menemukan fakta menarik ini adalah Dr. Eric Hollander. Ia menemukan kenyataan bahwa telur cacing pita bisa mengobati anak autis. Kesimpulan ini ia peroleh setelah salah satu pasiennya mengobati dirinya sendiri dengan cara menelan ovum suis trichuris atau TSO yang merupakan istilah bagi telur cacing. Telur cacing ini ternyata bisa meningkatkan kekebalan tubuh yang merupakan salah satu problem utama anak autis.

Hollander yang merupakan seorang professor di Klinik Psikiatri Albert Einstein College of Medicine. Ia juga seorang direktur di lembaga bernama Autism and Obsessive Compulsive Spectrum Program di Montefiore Medical Center. Penemuan Hollander ini menandai babak baru dalam penyembuhan autism. Tak hanya autis sebenarnya, telur cacing pita (dan kemungkinan juga telur cacing tana) mampu meringankan peradangan pada usus, diabetes dan juga gangguan multiple sclerosis.